Keadaan bertambah rumit dengan keterlibatan suku pembunuh Tribe yang mengetahui bakat dan kemampuan Takeo yang diwarisinya. Tribe hendak mengambil Takeo untuk dididik menjadi seorang pembunuh rahasia. Tribe tidak menghendaki seorang pun lepas dari bayang-bayang aturan suku rahasia yang telah dianut turun temurun. Sementara di satu sisi, kepentingan Shigeru atas Takeo sangatlah besar untuk membawa kedamaian di Tiga Negara.
Tarik menarik kepentingan antara Shigeru, Tribe dan Iida itulah kurang lebih isi dari buku pertama, Across The Nightingale Floor. Meskipun tokoh sentral adalah Tomasu –yang beralih nama menjadi Takeo– namun karakter Shigeru sangat kuat dan mendominasi. Meski pada akhirnya Shigeru meninggal dunia di tangan Iida Sadamu, namun pengaruhnya tidak akan pernah hilang baik pada diri Takeo maupun orang-orang di sekeliling Shigeru. Di sinilah mungkin letak kelebihan dan kekurangan Hearn. Di satu sisi, ia begitu kuat dalam menggambarkan karakter Shigeru, namun di sisi lain, penggambaran karakter Takeo, masih lemah, padahal Takeo-lah yang memegang kelanjutan kisah. Karakter Takeo mulai berkembang pada buku kedua, Grass For His Pillow.
Kisah pasca kematian Otori Shigeru dan Iida Sadamu dan pengaruhnya terhadap peta kekuasaan klan di Tiga Negara, menjadi kelanjutan kisah dalam Grass For His Pillow. Setelah Takeo membalaskan kematian Shigeru, sesuai janjinya kepada Tribe, Takeo memilih untuk mengikuti panggilan hidupnya sebagai seorang Tribe. Takeo meninggalkan Kaede dan meninggalkan statusnya sebagai seorang Otori dan berlatih bersama Tribe untuk meningkatkan kemampuannya. Di satu sisi, setelah kematian Lady Maruyama –pemimpin klan Maruyama– oleh rencana licik Iida, Shirakawa Kaede menjadi pewaris sah klan Maruyama karena ia-lah satu-satunya kerabat terdekat Lady Maruyama.
Melewati rentang waktu bersama Tribe, Takeo akhirnya mengetahui lebih banyak tentang identitas dirinya sendiri, tentang Tribe dan tentang ayah angkatnya, Shigeru yang ternyata menyimpan sebuah catatan rahasia tentang seluk beluk suku pembunuh Tribe. Catatan inilah yang diburu oleh Tribe demi keselamatan dan keamanan suku tersebut. Tribe memerintah Takeo untuk mengambilnya di rumah Shigeru. Lewat pergulatan batin yang begitu dalam, Takeo akhirnya memutuskan untuk lari dari Tribe setelah ia berhasil mengambil catatan Shigeru itu.
Dalam sebuah pelarian, Takeo diselamatkan oleh Jo-An, seorang gelandangan pemeluk ajaran Hidden, ajaran yang mempercayai adanya Tuhan Rahasia yang Satu dan menganggap semua manusia sama di hadapan-Nya. Oleh Jo-An, Takeo dipertemukan oleh seorang perempuan pertapa di gunung yang mengatakan ramalan tentang Takeo bahwa hanya Takeo-lah yang bisa membawa perdamaian di Tiga Negara. Ramalan perempuan suci juga terkait dengan lima peperangan yang harus dilalui Takeo sebelum kedamaian benar-benar terwujud: empat kali peperangan akan berakhir dengan kemenangan dan satu kali berakhir kekalahan; juga ramalan tentang kematian Takeo. Dengan bantuan beberapa orang kepercayaannya, termasuk Jo-An, Takeo akhirnya membangun kekuatan perang di Biara Terayama.
Sementara itu, Kaede berusaha untuk meyakinkan dirinya dan orang-orang di sekitarnya bahwa dia berhak untuk menjadi pewaris sah klan Maruyama dan ikut berperan dalam dunia para ksatria. Meski mendapat tentangan yang keras dari ayahnya sendiri dan bermacam-macam intrik yang melemahkannya, Kaede berusaha untuk tetap tegar dalam menghadapi keinginannya untuk tidak kalah dari laki-laki. Sambil menunggu Takeo menjemputnya, Kaede belajar untuk menjadi seorang perempuan yang kuat untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin klan.
Di buku ketiga, Brilliance Of The Moon, Takeo mulai menggerakkan pasukan dan kekuatan yang dimilikinya di biara Terayama keluar untuk mengambil hak istrinya Kaede dalam mewarisi wilayah Maruyama, sekaligus untuk mempersiapkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk menyerang Hagi guna mengambil haknya sebagai pewaris klan Otori, memenuhi amanat Otori Shigeru. Kematian Ichiro, guru Takeo yang dibunuh oleh kedua paman Shigeru yang licik, Shoichi dan Masahiro, semakin memperkuat tekadnya untuk merebut Hagi. Berbekal ramalan yang telah didengarnya dari perempuan suci, Takeo bermaksud menjalani “lima peperangan yang akan membayar perdamaian”.
Maruyama yang sebelumnya dipimpin oleh seorang perempuan (Maruyama Naomi) menyambut baik kedatangan Kaede dan pengambilan haknya sebagai pewaris Maruyama. Takeo dan pasukannya akhirnya membangun kekuatan di Kastil Maruyama sebelum melanjutkan rencananya untuk menyerang Hagi, dengan dibantu oleh gerombolan bajak laut yang menghuni pulau Oshima, sebuah pulau yang terletak di dekat Hagi. Bajak laut yang dipimpin oleh keluarga Terada juga mempunyai kebencian yang sama kepada Shoichi dan Masahiro, kedua paman Shigeru yang menguasai Hagi.
Sementara itu, keretakan mulai terjadi di kalangan suku Tribe, suku pembunuh yang memburu Takeo untuk mengambil kembali catatan Shigeru mengenai seluk beluk Tribe yang ada pada Takeo. Keluarga Muto dan Keluarga Kikuta, dua keluarga yang berpengaruh di Tribe, berselisih setelah Muto Yuki, anak perempuan Muto Kenji, ketua keluarga Muto yang juga guru Shigeru dan Takeo, dibunuh oleh Kikuta Kotaro, ketua keluarga Kikuta. Yuki dibunuh setelah ia melahirkan seorang anak laki-laki hasil hubungannya dengan Takeo.
Sebagai buku terakhir dari trilogi Kisah Klan Otori, Brilliance Of The Moon merupakan jawaban dari seluruh teka-teki yang telah muncul sejak dari buku pertamanya, Across The Nightingale Floor. Intrik-intrik mulai terkuak, rahasia-rahasia mulai jelas, teka-teki mulai terjawab, meskipun jawaban-jawaban itu akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan teka-teki yang masih mengambang. Teka-teki dan pertanyaan itulah yang akan terjawab di sequelnya, The Harsh Cry Of The Heron. Yang menarik, penulis sedikit mengambil latar masuknya senjata api ke jepang untuk pertama kalinya. Dikisahkan, perompak yang dipimpin oleh keluarga Terada telah membajak sebuah kapal milik orang kulit putih dan menemukan sepucuk senjata api.
Kemenangan pasukan Takeo atas pasukan Arai Daichi, lewat campur tangan gempa bumi seakan hendak mengukuhkan kemenangan Takeo sebagai keinginan surga, sebagaimana ramalan perempuan suci. Dengan kemenangan itu, klan Otori menjadi penguasa Tiga Negara dan Takeo menyatukan Tiga Negara dalam damai tanpa peperangan.
Sementara itu, Arai Zenko, putra Arai Daichi, yang oleh Takeo diberi kekuasaan di wilayah Kumamoto, ternyata masih menyimpan dendam kepada Takeo, yang telah mengakibatkan kematian ayahnya, Arai Daichi, yang tidak terhormat: tertembak oleh senjata api. Bersama dengan Hana, istrinya, yang juga adik kandung Kaede, ia mulai membangun kekuatan untuk merongrong kedamaian Tiga Negara. Ia bekerjasama dengan orang asing untuk mendapatkan pasokan senjata api, yang sangat dibatasi penggunaannya oleh Takeo. Zenko juga bersekongkol dengan Lord Kono, putra Lord Fujiwara yang merupakan kerabat Kaisar penguasa Delapan Pulau.
Kemakmuran dan kemajuan Tiga Negara ternyata juga mengundang kecemburuan dan kecurigaan Kaisar dan jendralnya, Lord Saga Hideki. Mereka bermaksud mengambil alih Tiga Negara dengan dalih bahwa kekuasaan Takeo atas Tiga Negara tidak sah. Takeo pun berencana pergi ke Miyako, ibukota kekaisaran untuk meminta restu Kaisar sekaligus melegalkan kekuasaannya atas Tiga Negara.
Di saat yang sama, kehadiran si kembar Maya dan Miki, dianggap kutukan oleh Kaede dan orang-orang yang masih belum menerima keberadaan anak kembar. Kaede sangat mengharapkan kehadiran anak laki-laki, sedang Takeo justru mengharapkan sebaliknya. Takeo mengkawatirkan kemampuan Tribe yang dimiliki oleh Maya dan Miki. Kemampuan keduanya membuat mereka mampu masuk ke dalam dunia lain: dunia bayangan, arwah dan hantu.
Di tempat lain, kebencian dan dendam keluarga Kikuta kepada Takeo tidak kunjung padam. Akio, ketua Kikuta -setelah kematian Kikuta Kotaro di tangan Takeo- bersekutu dengan Arai Zenko untuk menggiring Takeo kepada kematiannya. Hisao, anak laki-laki Takeo dari Yuki yang ada di bawah didikan Akio, dimanfaatkan oleh musuh-musuh Takeo setelah mereka mengetahui rahasia Takeo yang sebenarnya. Hisao ternyata memiliki kemampuan untuk mengendalikan arwah dan orang mati.
Sementara Takeo, Shigeko dan beberapa ksatria tangguh Tiga Negara: Sugita Hiroshi dan Miyoshi Gemba melakukan perjalanan ke ibukota untuk menemui Kaisar; Zenko, Hana dan Akio mulai melakukan aksinya untuk membalas dendam. Tiga Negara di ambang kehancuran. Kedamaian dan kemakmuran yang telah dibangun oleh Takeo dan Kaede berada diujung tanduk. The Harsh Cry of The Heron, sebagai buku terakhir menyambung trilogi Kisah Klan Otori, merupakan konklusi akhir dari seluruh kisah perjalanan Otori Takeo.
disadur dari jalaindra.wordpress.com
Ibu sudah baca keempat bukunya sebayak dua kali dan kisah yang paling mengharukan ada di buku terakhir, yaitu Harsh cry of the heron (nyanyian pilu burung bangau) . . . bagus banget latar ceritanya . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar