03 Maret 2009

Apa sinusitis itu?

Sinusitis adalah radang pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini meliputi sinus maksila (sinusitis maksila), sinus etmoid (sinusitis etmoid), sinus frontal (sinusitis frontal) dan sinus sfenoid (sinusitis sfenoid). Peradangan yang mengenai mukosa beberapa sinus paranasal disebut multisinusitis. Peradangan yang mengenai mukosa semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore. Sinusitis maksila paling sering terjadi daripada sinusitis
paranasal lainnya karena :
1. Ukuran. Sinus paranasal yang terbesar.
2. Posisi ostium. Posisi ostium sinus maksila lebih tinggi daripada dasarnya sehingga aliran
sekret / drainasenya hanya tergantung dari gerakan silia.
3. Letak ostium. Letak ostium sinus maksila berada pada meatus nasi medius di sekitar hiatus
semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
4. Letak dasar. Letak dasar sinus maksila berbatasan langsung dengan dasar akar gigi (prosesus
alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila.
Patofisiologi sinusitis. Edema pada kompleks osteomeatal menyebabkan mukosa sinus paranasal yang saling berhadapan akan bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak. Akibatnya, lendir tidak dapat dialirkan. Gangguan drainase ini juga diiringi oleh gangguan ventilasi dalam sinus paranasal. Selain kurang aktifnya silia, lendir yang dihasilkan oleh mukosa sinus paranasal menjadi lebih kental. Keadaan ini menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen.
Bila sumbatan ini berlangsung terus-menerus maka dapat terjadi hipoksia jaringan, retensi lendir dan perubahan jaringan. Retensi lendir menimbulkan infeksi bakteri anaerob. Jaringan dapat berubah menjadi hipertrofi, polipoid, polip, atau kista.
Predisposisi sinusitis. Faktor predisposisi terjadinya sinusitis antara lain :
1. Obstruksi mekanik. Misalnya deviasi septum nasi.
2. Hipertrofi konka nasi media.
3. Benda asing dalam rongga hidung.
4. Polip nasi.
5. Tumor dalam rongga hidung.
6. Rinitis kronis dan rinitis alergi menyebabkan obstruksi ostium sinus dan menghasilkan lendir yang banyak sehingga menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
7. Lingkungan. Lingkungan yang berpolusi dan udara dingin & kering dapat menyebabkan
perubahan mukosa dan kerusakan silia.
Klasifikasi sinusitis.
Sebenarnya, klasifikasi sinusitis yang tepat berdasarkan pemeriksaan
histopatologik tetapi masalahnya pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
Secara klinis, sinusitis
dibedakan atas:
1. Sinusitis akut. Sinusitis yang berlangsung sampai 4 minggu.
2. Sinusitis subakut. Sinusitis yang berlangsung antara 4 minggu sampai 3 bulan.
3. Sinusitis kronis. Sinusitis yang berlangsung lebih 3 bulan.
Berdasarkan gejalanya, sinusitis dibedakan atas:
1. Sinusitis akut. Sinusitis yang memiliki tanda-tanda peradangan akut.
2. Sinusitis subakut. Sinusitis yang memiliki tanda-tanda peradangan akut yang telah mereda.
Perubahan histologik mukosa sinus paranasal masih reversibel.
3. Sinusitis kronis. Perubahan histologik mukosa sinus paranasal sudah ireversibel. Misalnya
berubah menjadi jaringan granulasi dan polipoid.
Disadur dari www.klinikindonesia.com.

6 komentar:

  1. Waduh...
    ada yang bisa ngasih tau aku arti tulisan di atas apa???

    :)

    salam kenal...

    BalasHapus
  2. wah itu tulisan hanya untuk orang2 tertentu yang memahami kedokteran karena permitaan seseorang jadi tidak untuk umum so kamu bisa lihat khan bahasanya juga bahasa kedokteran githuu

    BalasHapus
  3. Salam Kenala,

    Silakan submit/publish disini http://www.indomarking.com/submit.php Semoga bisa lebih mempopulerkan blog/tulisan anda!

    BalasHapus
  4. Ini arti dari tulisan di atas...


    Sinusitis adalah radang pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini meliputi sinus maksila (sinusitis maksila), sinus etmoid (sinusitis etmoid), sinus frontal (sinusitis frontal) dan sinus sfenoid (sinusitis sfenoid). Peradangan yang mengenai mukosa beberapa sinus paranasal disebut multisinusitis. Peradangan yang mengenai mukosa semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore. Sinusitis maksila paling sering terjadi daripada sinusitis
    paranasal lainnya karena :
    1. Ukuran. Sinus paranasal yang terbesar.
    2. Posisi ostium. Posisi ostium sinus maksila lebih tinggi daripada dasarnya sehingga aliran
    sekret / drainasenya hanya tergantung dari gerakan silia.
    3. Letak ostium. Letak ostium sinus maksila berada pada meatus nasi medius di sekitar hiatus
    semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
    4. Letak dasar. Letak dasar sinus maksila berbatasan langsung dengan dasar akar gigi (prosesus
    alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila.
    Patofisiologi sinusitis. Edema pada kompleks osteomeatal menyebabkan mukosa sinus paranasal yang saling berhadapan akan bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak. Akibatnya, lendir tidak dapat dialirkan. Gangguan drainase ini juga diiringi oleh gangguan ventilasi dalam sinus paranasal. Selain kurang aktifnya silia, lendir yang dihasilkan oleh mukosa sinus paranasal menjadi lebih kental. Keadaan ini menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen.
    Bila sumbatan ini berlangsung terus-menerus maka dapat terjadi hipoksia jaringan, retensi lendir dan perubahan jaringan. Retensi lendir menimbulkan infeksi bakteri anaerob. Jaringan dapat berubah menjadi hipertrofi, polipoid, polip, atau kista.
    Predisposisi sinusitis. Faktor predisposisi terjadinya sinusitis antara lain :
    1. Obstruksi mekanik. Misalnya deviasi septum nasi.
    2. Hipertrofi konka nasi media.
    3. Benda asing dalam rongga hidung.
    4. Polip nasi.
    5. Tumor dalam rongga hidung.
    6. Rinitis kronis dan rinitis alergi menyebabkan obstruksi ostium sinus dan menghasilkanlendir yang banyak sehingga menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
    7. Lingkungan. Lingkungan yang berpolusi dan udara dingin & kering dapat menyebabkan
    perubahan mukosa dan kerusakan silia.
    Klasifikasi sinusitis.
    Sebenarnya, klasifikasi sinusitis yang tepat berdasarkan pemeriksaan histopatologik tetapi masalahnya pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
    Secara klinis, sinusitisdibedakan atas:
    1. Sinusitis akut. Sinusitis yang berlangsung sampai 4 minggu.
    2. Sinusitis subakut. Sinusitis yang berlangsung antara 4 minggu sampai 3 bulan.
    3. Sinusitis kronis. Sinusitis yang berlangsung lebih 3 bulan.
    Berdasarkan gejalanya, sinusitis dibedakan atas:
    1. Sinusitis akut. Sinusitis yang memiliki tanda-tanda peradangan akut.
    2. Sinusitis subakut. Sinusitis yang memiliki tanda-tanda peradangan akut yang telah mereda.
    Perubahan histologik mukosa sinus paranasal masih reversibel.
    3. Sinusitis kronis. Perubahan histologik mukosa sinus paranasal sudah ireversibel. Misalnya
    berubah menjadi jaringan granulasi dan polipoid.

    BalasHapus
  5. coba penjelasannya menggunakan istilah-istilah yg bisa difahami oleh kalangan masyarakat umum karena belum tentu masyarakat tahu dengan bahasa kedokteran, sebaiknya dengan bahasa rakyat dan itu tidak rugi kalau ilmunya disampaikan ke khalayak banyak itu bisa berpahala.

    BalasHapus
  6. tolong poskan patofisiologinya sinusitis dunk... aq lg buat askep,, tapi bikin patofisiologinya susah,,, unttuk yang penyimpangan KDM aja,,,
    salam kenal,,, aq mahasiswa keperawatan :)

    BalasHapus